Perjalanan Menuju Gunung Tambora 2851 Mdpl ( Part 3 - Pendakian Gunung Tambora )

02 Agusus 2018. Pendakian Dimulai

Pagi-pagi, sekitar jam 06:00 wita, kami bergegas untuk mandi, sarapan dan packing untuk mendaki gunung tambora. Tak lupa kami membayar simaksi sebesar 5 ribu/hari dengan estimasi mendaki 3 hari 2 malam. Kami juga berpamitan dan berfoto bersama bapak saiful selaku pengurus basecamp gunung tambora via pancasila. Kami mendaki bersama rombongan dari cirebon sedangkan rombongan dari kudus dan mapala maras akan mendaki pada siang harinya.


Gerbang Pendakian Gunung Tambora via Pancasila

Oh iya, disini nama dusunya cukup unik. Dusun pancasila sendiri merupakan dusun yang berada di desa tambora, kecamatan pekat, kabupaten dompu. Selain dusun pancasila, ada juga dusun garuda, dusun sila dharma, dan dusun oi bura. Mayoritas penduduk disini bermata pencaharian sebagai petani dan dihuni oleh transmigran.

Basecamp - Pos 1 ( 3 Jam )

Awal pendakian, kami melewati jalan setapak yang kanan kirinya berupa ladang penduduk. Karakteristik pendakian gunung tambora via pancasila umumnya didominasi oleh track yang landai-memanjang dengan hawa panas yang terasa. Bayangkan, basecampnya saja hanya terletak di ketinggian 480an mdpl.

Dalam perjalanan menuju pos 1, kami harus melewati 5 shelter. medanya cukup landai dengan sesekali menanjak. Setelah berjalan kurang lebih 30 menit, kami tiba di shelter 1.


Shelter 1, Karombo Lako

Shelter 1 bernama karombo lako, berada di perbatasan antara ladang penduduk berupa tanaman sayur mayur dengan kebun kopi. Terdapat sebuah shelter yang digunakan untuk berteduh sejenak oleh panasnya terik matahari.

Setalah beristirahat sejenak, kamipun melanjutkan perjalanan. Karakteristik medan masih sama, sesekali masuk ke pekarangan. Kami bertemu dengan bule perancis pada saat kami naik. Ia bersama istri dan 1 orang anaknya sedang dalam perjalanan turun. Kami tanya apakah sudah muncak? terus bule tersebut menjawab bahwa ia sedang tracking untuk pemanasan saja, karena pendakian akan ia mulai esok hari. Kamipun tiba di shelter 2 setelah berjalan sekitar 30 menit.


Shelter 2, Sumberejo

Shelter 2 bernama sumberejo. Letaknya masih sama diantara kebun kopi. Tak mau lama-lama beristirahat, kamipun melanjutkan perjalanan kembali, menuju shelter 3.

Diantara jalan shelter 2-3 akan ditemui oleh suatu percabangan menuju jalur pendakian oi bura, dan juga jalan yang menuju ke pura. Setelah 30 menit berjalan kami tiba di shelter 3. Shelter ini bernama km 19. Juga terdapat sebuah shelter yang bisa digunakan untuk beristirahat.


Shelter 3, Km 19

Setelah shelter 3, hawa hutan tambora mulai terasa, karena ditengah perjalanan shelter 3 menuju shelter 4 vegetasi akan berubah dari kebun kopi ke pekarangan. Hanya membutuhkan waktu 15 menit saja dari shelter 3 kami sudah berada di shelter 4.

Kami memutuskan untuk lanjut ke shelter 5. Hanya 15 menit berjalan dari shelter 4, kami sudah sampai di shelter 5. Shelter 5 ini adalah batas hutan dan menjadi pintu masuk lebatnya hutan tambora. Mulai disini, serangan pacet akan mulai bar-bar, terlebih pada musim penghujan.


Tanjakan Extra, Tanjakan Yang Cukup Menyiksa Dengkul. 
Lokasi Setelah Shelter 5 Menuju Pos 1

Setelah cukup beristirahat di shelter 5, kami melanjutkan perjalanan ke pos 1. Trek yang sebelumnya didominasi oleh dataran kini agak sedikit menanjak sesekali datar. Ya, masih bisa dikondisikan sih. Vegetasi didominasi oleh hutan hujan tropis yang lembab. Suara kera sesekali masih bisa terdengar. Setelah berjalan kurang lebih 1 jam, kami tiba di pos 1


Pos 1

Pos 1 berada di ketinggian sekitar 1077 mdpl. Di pos 1 ini terdapat sebuah shelter yang bisa untuk berteduh dan tanah datar yang bisa untuk mendirikan 10-15 tenda kapasitas 4. Disini juga terdapat sumber air bersih dari sumur yang bisa diperoleh hanya dengan jalan kaki ke arah kiri dari shelter sejauh 50 meter.



Pos 1 - Pos 2 ( 2 Jam )

Jalur menuju pos 2 karakteristiknya masih sama, baik dari segi medan, maupun segi vegetasi. Kami berjalan santai sambil berbincang-bincang agar tidak gabut. Semak belukar dengan tinggi 1 meteran siap menyambut kami menyusuri rimba belantara gunung tambora. Di tengah perjalanan, ada sebuah shelter yang bernama shelter pemburu. Lokasi shelternya tepat berada di kanan jalur pendakian dan ada sebuah bangunan yang dapat digunakan untuk beristirahat. Kamipun memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Setelah berjalan sekitar 1 jam dari shelter pemburu, akhirnya kami tiba di pos 2. Karena perut kami mulai keroncongan, akhirnya kami memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Kamipun mengeluarkan amunisi berupa mie, kopi, rokok, gas, nesting dan juga roti.

Pos 2 terletak di ketinggian 1302 mdpl. Di pos 2 terdapat sebuah shelter yang dapat digunakan untuk berteduh dan juga sumber air berupa sungai yang mengalir tepat memotong jalur menuju pos 3. Sumber air paling bersih dan paling enak di gunung tambora  ya disini.

Pos 2 - Pos 3 ( 2 Jam )

Setelah selesai makan, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 3. Rencana awal kami ingin ngecamp di pos 3 dan esok malamnya camp di pos 5. Karakteristik medan sedikit berubah, menjadi menanjak menyusuri punggungan bukit. Vegetasi semakin rimbun. Kami tiba di pos 3 tatkala hari menjelang gelap. Kami langsung mendirikan tenda, masak, makan, kemudian lanjut tidur.

Pos 3 berada di ketinggian 1608 mdpl. Di pos 3 terdapat 3 buah shelter yang bisa untuk berteduh. Pos 3 juga bisa menampung tenda sebanyak 10-15 buah tenda dengan kapasitas per tenda 4 orang. Pos 3 inilah yang biasanya dijadikan tempat camp sebelum summit selain pendaki bisa juga memilih di pos 5 karena alasan jarak yang lebih dekat ke puncak.

Esok telah tiba, kami kemudian mengambil air di sumber air. Sumber air pos 3 jaraknya cukup jauh, sekitar 300 meter dari camp. Kami harus naik ke percabangan kemudian ambil kanan arah turun. 2 orang dari cirebon memutuskan naik sedangkan 2 lainya berjaga dan bergantian naik ke puncak esok pagi.

Pos 3 - Pos 4 ( 30 menit )

Medan kali ini lebih menanjak dari sebelumnya. Vegetasi pohon kini telah berkurang kerapatannya diganti dengan vegetasi ilalang. Dari sini juga kami bisa melihat pemandangan teluk saleh dengan latar belakang pulau moyo dan satonda. Setelah 30 menit kami berjalan, akhirnya kami tiba di pos 4.

Pos 4 berada di ketinggian 1800 mdpl. Tidak terdapat shelter di pos ini dan jumlah tanah datar juga sempit. Waktu kami kesana, di pos 4 ada tanaman ganja. Entah siapa yang menanam tanaman itu disana wkwkw.

Pos 4 - Pos 5 ( 30 menit )

Medan masih sama, tetapi lebih menanjak, sesekali diberikan bonus track datar. Vegetasi makin terbuka, ilalang makin banyak, pemandangan makin indah. 30 menit kami berjalan, kami sampai di pos 5.

Pos 5 berada di ketinggian 2020 mdpl. Tidak terdapat shelter di pos ini, Bisa menampung tenda sekitar 5-7 tenda kapasitas 4. Pos 5 areanya agak terbuka jadi rawan angin kencang/badai. Di pos 5 terdapat sumber air diantara sela sela pasir/ batu. Lokasinya berada 100 meter dari pos 5 arah turun, kemudian setelah melewati sungai, belok kanan.

Di pos 5 memang rawan serangan babi hutan, sehingga carrier, makanan dan segala hal yang mengundang babi untuk datang digantung di atas pohon. Disini, kami bertemu dengan rombongan dari mapala maras dan kudus. Kami memutuskan untuk ngecamp disini semalam lagi. Kemudian lanjut muncak esok hari

Pos 5 - Puncak ( 2,5 Jam )

Setelah packing, makan, dan beberes, kami melanjutkan perjalanan lagi ke puncak. Medan yang kami lalui semakin berat. vegetasi makin terbuka, hanya menyisakan ilalang dan sejumlah pohon edelweiss. Bekas-bekas sisa letusan tahun 1815 masih ada jejaknya di sepanjang jalur pendakian.


Sunrise di Puncak Tambora, 4 Agustus 2018

Setelah hampir 2,5 jam, kami tiba di puncak kawah tambora. Megahnya kaldera tambora menyambut kami. Bau belerang samar-samar tercium. Kamipun melipir ke kanan untuk menuju puncak tertinggi gunung tambora. Di puncak gunung tambora, kami menemui 2 orang rombongan dari cirebon.


Kaldera Tambora

Kamipun berfoto dan bersantai di puncak tambora. Semakin siang, lautan awan semakin banyak menyelimuti di bawah gunung tambora. Samar-samar, tampak gunung rinjani, deretan pegunungan sumbawa dan pegunungan moyo-satonda di sebelah timur. Sedang di barat, tampak jajaran pegunungan flores.



Saya, Dengan Latar Belakang Kawah Tambora

Tak lama kemudian, datanglah rombongan dari jepara-kudus-pati, rombongan dari uts dan juga rombongan dari bule perancis beserta porternya. Kamipun mengabadikan momen bersama di puncak tambora


Berfoto Bersama di Puncak Tambora

Perjalanan Turun

Usai menikmati pemandangan dan berfoto ria, kamipun turun menuju pos 5 terlebih dahulu untuk makan dan mengepak barang. Dalam perjalanan turun, semua rombongan mengalami keanehan. Kami di posisi yang paling belakang terjebak malam di bawah pos 1. Dari 5 senter yang kami bawa, hanya 3 yang masih menyala, sisanya mati. Kamipun turun melewati gelapnya rimba tambora. Kami harus mengejar sampai basecamp karena senter yang mulai redup dan malam yang semakin larut. Anehnya, setelah kami berjalan selama 3 jam lebih dari bawah pos 1, kami tak kunjung menemui permukiman, bahkan kebun kopi. Padahal, perjalanan naik dari basecamp ke pos 1 hanya kami tempuh selama 3 jam saja.

Kami memutuskan untuk camp di tengah jalur dengan persediaan air dan logistik yang terbatas. Esok harinya kami melakukan perjalanan turun. Sampai di basecamp, kami cerita fenomena ini kepada teman teman. Memang benar, semua mengalami keanehan. Karena rata-rata waktu tempuh mereka untuk turun dari pos 1-basecamp memerlukan waktu sekitar hampir 4 jam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Mendaki Gunung Merbabu via Gancik Selo

Dukuh Sawangan, Bumijawa. Negeri Diatas Awan

Lirik Lagu Lungiting Asmoro Beserta Artinya