Perjalanan Menuju Gunung Tambora 2851 Mdpl ( Part 2 - Lombok-Sumbawa )

29 Juli 2018. Explore Lombok

Sepanjang perjalanan, kami berkenalan dengan sopir sekaligus pemandu kita. Sebut saja kapten. Kapten mengabari bahwa jalur pendakian gunung rinjani tertutup longsor, sehingga pendaki yang terjebak di plawangan dan camp segara anak harus di evakuasi menggunakan helikopter milik basarnas. Kapten masih bersikukuh bahwa ada satu jalur pendakian tidak resmi yang tidak terkena longsor. Jalur tersebut adalah jalur via sajang. Namun, ia akan mengirimkan personelnya untuk mengecek jalur tersebut. Sekitar jam 15:30 wita, kami sampai di basecamp rumah milik kapten di dusun bremi, desa pancor, selong. Begitu sampai kami langsung dijamu oleh keluarga kapten, dan untuk sementara waktu tinggal disitu sampai ada kabar pasti tentang gunung rinjani.


Gapura Perbatasan Kabupaten Lombok Timur

Setelah maghrib, kami disuguhi makan malam berupa plecing kangkung, makanan khas lombok. Kami ditawari oleh kapten untuk jalan-jalan ke pantai esok hari. Kamipun langsung setuju. Selepas makan, kami berjalan-jalan sambil menikmati kota selong pada malam hari. Sampai akhirnya, langkah kami tiba di taman kota selong. Kami memesan segelas minuman dan juga tempe goreng.

Sambil lesehan, kami berdiskusi mengenai jadi atau tidaknya pendakian rinjani. Akhirnya diambilah keputusan 2 opsi. Opsi pertama, jika ada kabar dari kapten bahwa jalur rinjani bisa dilewati, maka kami memilih untuk mendaki rinjani. Opsi kedua, jika jalur ternyata tidak bisa dilewati, maka kami akan lanjutkan ke gunung tambora.

Keesokan harinya, kami sarapan dan prepare akan ngecamp semalaman di pantai pink. Pukul 12.00 wita setelah dzuhur, kami berangkat. Destinasi pertama adalah pantai tanjung ringgit yang ada di kecamatan jerowaru, kabupaten lombok timur. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1,5 jam, kami sampai di pantai tanjung ringgit.

Pantai ini berada di ekor pulau lombok, tepatnya di ujung selatan. Akses ke tempat ini masih buruk. Jalan setelah masuk kecamatan jerowaru semuanya berkontur tanah. Tidak ada jalan aspal disini bahkan akses listrik pun tidak ada. Warga sekitar hanya mengandalkan listrik dari tenaga surya yang disubsidi dari pemerintah. Sebagian besar wilayah disini masih kekeringan, sehingga harus menunggu mobil PDAM jika ingin mendapatkan air bersih. Tetapi, nilai plusnya adalah pantai ini tergolong sepi. Jadi, bisa dikatakan ini adalah private beach. Oh iya, kami tidak dipungut tiket masuk alias gratis.


Pemandangan sekitar Pantai Tanjung Ringgit

Di ujung pantai juga terdapat meriam bekas peninggalan jepang, yang katanya digunakan untuk menembaki kapal sekutu yang melintas di selat alas. Namun, sayangnya meriam ini tidak dikelola dengan baik sehingga banyak sampah dan juga meriamnya sudah berkarat.

Puas menikmati pemandangan dan berfoto ria, kami melanjutkan perjalanan kembali untuk camp di pantai pink. Tak jauh lokasinya dari pantai tanjung ringgit ini. Hanya perlu waktu 10 menit saja kita sudah sampai di pantai pink.

Pantai pink sendiri merupakan pantai pasir putih yang banyak terdapat koral berwarna pink. Sehingga apabila ada sinar matahari, koral tersebut memantulkan cahaya berwarna pink sehingga pasir yang ada tampak berwarna pink. Kami bermalam di pantai pink. Membuat api unggun, membakar burung dan sosis, ngopi, bercanda, tertawa, dan lain sebagainya.


Sunrise di Pantai Pink. Nampak kapal nelayan yang sedang bersandar

Siangnya, kami menikmati pemandangan pantai pink. Ada yang bercerita, minum kopi, bahkan bermain kano. Setelah puas menikmati pemandangan, kami akhirnya pulang ke basecamp.


Suasana Jalan Raya Selong-Pringgabaya ( Trans Lombok )

Di basecamp, kami kemudian berpamitan kepada kapten dan mengucapkan banyak terima kasih kepada kapten. Kami bilang bahwa kami memutuskan akan melanjutkan perjalanan ke tambora. Kapten bersedia mengantar kami ke pelabuhan, tetapi kami menolak. Kami hanya minta diantarkan untuk mencari transportasi menuju pelabuhan.

31 Juli 2018. Menuju Sumbawa

Kami turun di jalan raya selong-pringgabaya. Tak lama kemudian, kami menaiki bis mini untuk menuju pelabuhan kayangan dengan ongkos 7k. Pukul 16.30, kami tiba di pelabuhan kayangan. Kami langsung memesan tiket dan menyebrang ke pulau sumbawa dengan ongkos 17k. Kami harus menunggu cukup lama karena kapal datang setiap 100 menit. Kamipun menyebrang pukul 18:00 wita dan sampai pelabuhan poto tano sekitar jam 19:00 wita.

Demi menekan biaya, kami memutuskan untuk mengompreng saja menuju basecamp. Kami berjalan ke salah satu toko perbelanjaan untuk menunggu kendaraan yang keluar dari pelabuhan poto tano. Kami sempat berbincang dengan pemandu trip pulau kenawa. Awalnya mereka mengira kami mau camping ke pulau kenawa. Tetapi, kami bilang bahwa kami akan ke gunung tambora.

Akhirnya, tibalah jam 00.00 wita tepat pergantian bulan dari bulan juli menuju bulan agustus. Karena kami tak kunjung mendapat tumpangan, maka diputuskanlah kami jalan terlebih dahulu. Hanya selang berjalan beberapa kilometer, akhirnya kami mendapatkan tumpangan. Tetapi, rombongan kami terpaksa dibagi 2 kelompok. Saya ikut yang pertama, menaiki mobil sejenis suv.

Rombongan pertama kemudian jalan menuju cabang banggo, manggalewa. Kami berbincang pada bapak supir bahwa mereka akan berlibur ke rumah orang tuanya di dompu. Bapak supir tadi juga bercerita bahwa masa mudanya sama seperti kami. Namun, berbeda hobi. Kami hobi mendaki, sedang bapak supir hobi touring vespa. Hahaha.

Tak terasa pagi sudah menjelang, ternyata kami telah sampai di teluk saleh. Kami beristirahat sejenak sambil menikmati pemandangan teluk saleh. Ada seorang pemuda yang berbincang dengan kami. Dahulu, ia juga pendaki. Kami diberi 2 pak wafer untuk mengganjal perut kami yang keroncongan.

Jam 10.00 wita, kami tiba di cabang banggo, manggalewa, kabupaten dompu. Kami membeli 2 bungkus nasi di pasar sori utu dan mengeluarkan kompor, nesting serta gas untuk memasak mie sembari menunggu teman kami sampai. Oh iya, disini sinyal sangat susah dan hanya ada di pusat pusat kecamatan saja. Sinyal yang cukup kuat disini hanyalah sinyal tel***sel saja.

Pukul 13.00 wita, teman kami sampai. Mereka nampak kelelahan karena seluruh carrier ada dibawa kami. Mereka disuruh makan terlebih dahulu untuk mengisi perut. Sesudah kenyang, mereka lalu bercerita tentang semalam mendapatkan tumpangan. Bahkan diantara mereka sampai muntah akibat mabuk perjalanan. hahaha. Bayangkan saja, perjalanan sepanjang 200 km mereka lalui dengan menumpang bak terbuka dan tidak tidur semalaman. hahaha

Pukul 15.00 wita, kami melanjutkan perjalanan kembali menggunakan truk pengangkut pasir. Perjalanan selanjutnya adalah menuju ke basecamp melewati hamparan padang savana luas dengan latar belakang gunung tambora dan kerbau, sapi, dan kambing yang berkeliaran mencari rumput. Indah sekali!


Suasana mengompreng di mobil bak terbuka

Ternyata, kami diturunkan di jalur pendakian doro ncanga, waduh. Dan untuk mendaki lewat jalur ini digunakan jeep dengan harga sewa mencapai 1,5 jt rupiah per orangnya. Lantas, kami tidak mau menerima tawaran tersebut. Kami ingin mendaki tambora lewat jalur pancasila saja. Dan ternyata, desa pancasila jaraknya masih sekitar 35km lagi. wohoo.

Hari semakin gelap, kami memutuskan mencari omprengan lagi. Namun, karena ditengah savana, kami serasa hidup di desa yang terpencil! tidak ada penerangan, tidak ada rumah, jalan hanya selebar 4 meter saja. Yang ada hanya resort doro ncanga di tengah hamparan savana. Kendaraan yang lewat frekuensinya hanya 1 kendaraan/menit.

Kami lalu bertemu dengan rombongan dari jepara, kudus dan pati. Sebelumnya, teman kami pernah melihat bahwa mereka turut menumpang kapal yang sama dari kami di pelabuhan poto tano. Diantara mereka ada 2 orang yang sedang melakukan pendakian marathon. Mereka ber 2 sudah mendaki gunung semeru, dan selamat dari gempa di gunung rinjani. dan kini mereka ingin ke tambora.

Kami pun ngopi bersama, bercerita banyak hal. Mereka terburu buru karena mengejar malam takut jika ada begal. hahaha. Sedangkan kami harus menunggu tumpangan untuk menuju ke basecamp pancasila di kecamatan pekat.

Karena malam sudah tiba dan tak kunjung ada tumpangan, maka diambilah suatu keputusan. jika sampai jam 10 wita kami tidak kurun mendapatkan tumpangan, maka kami memutuskan untuk ngecamp di belakang resort. Akhirnya jam 20.00 wita kami mendapatkan tumpangan berupa bis mini yang akan mengantarkan kami sampai ke basecamp dengan biaya 15k saja. Didalam bis, kami bertemu rombongan mapala maras dari uts berjumlah 5 orang. Mereka akan berencana mendaki gunung tambora juga. Setelah sampai basecamp, kami langsung bersih-bersih kemudian lanjut makan lalu tidur untuk mengisi tenaga karena esok kami akan melakukan pendakian.

Bagi yang ingin menginap di basecamp tambora via pancasila ini, pendaki harus menyewa bungalow dengan kapasitas 4 orang seharga 100k/malam. Di depan basecamp terdapat lapangan yang sangat luas, dan juga toko-toko sembako/warung makan dapat di jumpai di pinggir lapangan tetapi toko sembako/warung makan hanya buka saat pagi-sore saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Mendaki Gunung Merbabu via Gancik Selo

Dukuh Sawangan, Bumijawa. Negeri Diatas Awan

Lirik Lagu Lungiting Asmoro Beserta Artinya