Perjalanan Menuju Gunung Tambora 2851 Mdpl ( Part 1 - Semarang-Surabaya-Lombok )

Sekilas Gunung Tambora

Gunung Tambora adalah gunung api aktif bertipe strato yang terletak di pulau sumbawa, tepatnya di antara perbatasan kabupaten dompu dan kabupaten bima, nusa tenggara barat. gunung tambora terkenal akan letusannya yang besar pada 10-11 april 1815. Waktu itu, letusannya berskala 7 VEI ( bayangkan dengan letusan merapi 2010 yang hanya berskala 4 mampu memporak-porandakan daerah jogja dan sekitarnya ) yang menyebabkan tahun tanpa musim panas dan juga turut berkontribusi menjadi faktor kalahnya napoleon bonaparte pada pertempuran waterloo.

Secara geografis, gunung tambora memiliki ketinggian sekitar 2851 mdpl. Gunung tambora mempunyai kaldera yang sangat luas dengan diameter mencapai 7 km, keliling mencapai 24 km dan kedalaman kalderanya mencapai 1,4 km menjadikan tambora sebagai salah satu gunung api dengan kaldera terbesar di dunia. Sisa kaldera ini muncul sebagai hasil dari letusan inti tambora yang terjadi pada tahun 1815. Di tengah kaldera gunung tambora, muncul sebuah kerucut gunung api baru yang bernama doro api toi. Doro api toi terakhir meletus pada tahun 1967 meskipun hanya berupa letusan freatik yang efeknya hanya dirasakan di sekitar kaldera.

Gunung tambora bisa didaki melalui 4 jalur, yaitu jalur pendakian pancasila, jalur pendakian kawinda toi, jalur pendakian doro ncanga dan jalur pendakian doro peti. Ada satu lagi jalur pendakian yang nantinya akan menyambung ke jalur pancasila, yaitu jalur oi bura. Setiap jalur pendakian mempunyai karakteristik yang berbeda. Misalnya jalur pancasila dikenal dengan trek yang lumayan panjang dan didominasi oleh hutan yang cukup rapat sepanjang basecamp-pos 4. Ada lagi jalur pendakian doro ncanga yang bisa dilalui oleh mobil hardtop (sejenis mobil jeep trail dengan mesin 4x4) menuju pos 4 dengan karakteristik full sabana. Kali ini saya akan bercerita mengenai petualangan saya mendaki gunung tambora via desa pancasila.

Petualangan Dimulai

Hari jumat, 27 juli 2018. Saya dan 4 orang teman lainnya berangkat dari Semarang menuju Surabaya berencana untuk mendaki gunung rinjani ( pada awalnya, hehehe ) setelah semalam kami melakukan persiapan barang apa saja yang perlu dibawa untuk perjalanan kami kedepan. Kami menggunakan moda transportasi kereta api maharani ( Jurusan Semarang Poncol - Surabaya Pasar Turi PP ) hanya dengan membayar 50 ribu rupiah plus kembalian 1000 rupiah.


Di peron stasiun semarang poncol


Menuju surabaya


Stasiun Surabaya Pasar Turi

Pukul 17:30, kereta kami tiba di stasiun surabaya pasar turi. Kami langsung memesan taksi online untuk mengantar kami ke pelabuhan tanjung perak. Rencananya kami akan menginap semalam di pelabuhan karena kapal yang akan kami tumpangi berangkat besok pagi pukul 11:00.


Pemandangan depan pelabuhan

Pelabuhan tanjung perak sekarang sudah bagus setelah direnovasi. Banyak masyarakat yang bilang pelabuhan ini mirip bandara. Kita bisa melihat pemandangan laut dan kapal lalu lalang dengan latar belakang pulau madura hanya dengan naik ke lantai 3 pelabuhan. Di sekitar pelabuhan juga terdapat warung makan jadi tidak usah khawatir jika anda kelaparan. Harganya cukup ekonomis walaupun agak mahal sedikit. Untuk nasi rames dipatok harga sekitar 10-15k saja. Oh iya untuk tiket kapal ASDP hanya bisa dibeli pada hari keberangkatan.


Kapal yang sedang bersandar


Di atas pelabuhan

Keesokan paginya, kita mencari makan di sekitar pelabuhan. Tak lupa kami membungkus makanan untuk bekal didalam kapal. Sesudah mengisi perut dan mencari perbekalan, kamipun membeli tiket kapal KM Legundi jurusan Surabaya-Lombok. Ternyata, setelah kami sampai di loket, antrian sudah mengular panjang. Ini berati bahwa okupansi kapal KM Legundi ini cukup ramai dan diminati oleh masyarakat. Maklum, dengan harga 87k/orang kita sudah bisa menikmati fasilitas kapal jurusan surabaya-lombok ini. Oh iya, jika ingin mendapatkan kupon makan 2x di kapal+tiket sekalian, Anda harus membayar sebesar 117k/orang. Cukup murah bukan?


Suasana di KM Legundi ( View Selat Madura )

Pukul 15.30, kapal meninggalkan pelabuhan tanjung perak. Semilir angin laut menerpa membuat hawa terasa sangat sejuk. Di dalam kapal, kami bertemu rombongan dari Cirebon dan 2 orang asal lombok. Rombongan dari cirebon rencananya juga ingin mendaki gunung rinjani juga dan 2 orang asal lombok baru saja mudik dari Yogyakarta untuk kembali ke kampung halamannya. Rombongan dari cirebon pun memutuskan untuk bergabung bersama kami. Di atas kapal, ada sebuah aula dan kantin untuk sekedar bersantai. Tenang, harganya tidak terlalu mahal kok. Untuk mendapatkan secangkir kopi, saya hanya merogoh kocek sekitar 5k. Sepanjang perjalanan, kami asik bermain poker ditemani dengan secangkir kopi dan sebatang rokok. 


Sunset di Aula Kapal ( View Laut Utara Madura )

Malam telah tiba, kamipun masih bermain poker. Seolah tiada habisnya pemandangan laut malam itu. Kapal mulai memasuki perairan madura, berjalan dengan kecepatan 18-20 knot ( berdasarkan gps yang saya bawa ). Pukul 21.00, kamipun turun ke ruang penumpang untuk makan malam dan tidur. Didalam ada tv, dan ruang duduk yang kursinya bisa di turunkan hingga 90 derajat. Ruangan ini full ac, tetapi minim charger. Charger hanya ada di dekat dinding/jendela saja, itupun jumlahnya sedikit. Oh iya, jangan khawatir jika bosan di dalam kapal karena tv senantiasa memutarkan film, kadang juga lagu-lagu untuk menghibur para penumpang.

Pukul 05:30 wita, saya bangun tidur. Rasa senang yang luar biasa ketika bangun tidur langsung dihadapkan dengan pemandangan indah berupa lautan biru yang terhampar luas dan sebuah gunung yang menjulang dari sebuah daratan kecil disana. Ternyata, kami telah sampai di perairan utara bali. Kamipun memutuskan sarapan di dek atas kapal sembari menikmati pemandangan.


Pemandangan Laut Bali dengan latar belakang Gunung Agung

Setelah selesai makan, kami dikagetkan dengan berita bahwa lombok mengalami gempa berkekuatan M 6,4 di daerah sembalun, lombok timur. Kami sempat berdiskusi kecil perihal jadi/tidaknya pendakian kami ke rinjani. Akhirnya, kami memutuskan untuk melihat dulu apakah memungkinkan diadakan pendakian ke rinjani atau tidak. Dan kami ingin mengetahui kondisi secara langsung di lapangan. Pukul 13:15 wita, kami akhirnya sampai di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat.

Kamipun berjalan ke luar pelabuhan. Ternyata, banyak juga penumpang kapal yang bertas carrier layaknya pendaki gunung, hihihi. Tak lama kemudian, kami mendapatkan moda transportasi berupa mobil travel yang akan mengangkut kami ke basecamp.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Mendaki Gunung Merbabu via Gancik Selo

Dukuh Sawangan, Bumijawa. Negeri Diatas Awan

Lirik Lagu Lungiting Asmoro Beserta Artinya